Sabtu, 26 Februari 2011

askep encephalitis

A. Pengertian
ncephalitis adalah suatu peradangan dari otak. Ada banyak tipe-tipe dari encephalitis, kebanyakan darinya disebabkan oleh infeksi-infeksi. Paling sering infeksi-infeksi ini disebabkan oleh virus-virus. Encephalitis dapat juga disebabkan oleh penyakit-penyakit yang menyebabkan peradangan dari otak. 

B. Etiologi
1.virus arbo (arthropod-borne) yang mencakup virus equine dan west niie
2.enterovirus yang mencakup ECHO, COMCACHIE A dan B serta poliovirus.
3.Paramyxovirus (mumps)
4.Herpes virus
5.virus rabies
(Kapita selekta kedokteran jilid 2, 2000).
 
C. Patofisiologi
Virus masuk tubuh pasien melalui kulit,saluran nafas dan saluran cerna.setelah masuk ke dalam tubuh,virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara:
  • a. Setempat:virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan atau organ tertentu.
  • b. Penyebaran hematogen primer:virus masuk ke dalam darah. Kemudian menyebar ke organ dan berkembang biak di organ tersebut.
  • Penyebaran melalui saraf-saraf : virus berkembang biak di Permukaan selaput lendir dan menyebar melalui sistem saraf.
Masa Prodromal berlangsung 1-4 hari ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing, muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremintas dan pucat .
Gejala lain berupa gelisah, iritabel, perubahan perilaku, gamgguan kesadaran, kejang.
Kadang-kadang disertai tanda Neurologis tokal berupa Afasia, Hemifaresis, Hemiplegia, Ataksia, Paralisis syaraf otak.
 

D. Tanda dan Gejala
  1.  Demam.
  2.  Sakit kepala dan biasanya pada bayi disertai jeritan.
  3. Pusing.
  4. Muntah.
  5. Nyeri tenggorokan.
  6. Malaise.
  7. Nyeri ekstrimitas.
  8. Pucat.
  9.  Halusinasi.
  10. Kaku kuduk.
  11.  Kejang. 
  12. Gelisah. 
  13. Iritable.
  14.  Gangguan kesadaran.
 E. Pemeriksaan Diagnostik.

     1.  Pemeriksaan cairan serebrospinal.

         Warna   dan   jernih   terdapat   pleocytosis   berkisar   antara   50-200   sel   dengan   dominasi   sel

         limfosit. Protein agak meningkat sedangkan glucose dalam batas normal.

     2.  Pemeriksaan EEG.

         Memperlihatkan proses inflamasi yang difuse “bilateral” dengan aktivitas rendah.

     3.  Pemeriksaan virus.

         Ditemukan virus pada CNS didapatkan kenaikan titer antibody yang spesifik terhadap virus

         penyebab.
 
 
 TINJAUAN KEPERAWATAN 
Proses keperawatan merupakan metode yang diterapkan untuk membantu perawat dalam melakukan praktek keperawatan secara sistematis dalam memecahkan masalah keperawatan secara ilmiah. Sasaran yang ingin dicapai yaitu memperbaiki dan memelihara kesehatan yang dihadapi klien sehingga akan mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Budi Anna Kelliat, 1994).
Pengkajian :
1. Biodata
Merupakan identitas klien meliputi: nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian dan diagnosa medis. Identitas ini digunakan untuk membedakan klien satu dengan yang lain. Jenis kelamin, umur dan alamat dan kotor dapat mempercepat atau memperberat keadaan penyakit infeksi.
2. Keluhan utama
Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk rumah sakit, keluhan utama pada penderita encephalitis yaitu sakit kepala, kaku kuduk, gangguan kesadaran, demam dan kejang.
3. Riwayat penyakit sekarang
Merupakan riwayat klien saat ini yang meliputi keluhan, sifat dan hebatnya keluhan, mulai timbul atau kekambuhan dari penyakit yang pernah dialami sebelumnya. Biasanya pada masa prodromal berlangsung antara 1-4 hari ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing, muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremitas dan pucat. Kemudian diikuti tanda ensefalitis yang berat ringannya tergantung dari distribusi dan luas lesi pada neuron. Gejala tersebut berupa gelisah, iritable, scraening attack, perubahan perilaku, gangguan kesadaran dan kejang kadang-kadang disertai tanda neurologis fokal beurpa afasia, hemiparesis, hemiplegia, ataksia dan paralisis saraf otak.
4. Riwayat kehamilan dan kelahiran
Dalam hal ini yang dikaji meliputi riwayat prenetal, natal dan post natal. Dalam riwayat prenatal perlu diketahui penyakit apa saja yang pernah diderita oleh ibu terutama penyakit infeksi. Riwayat natal perlu diketahui apakah bayi lahir dalam usia kehamilan aterm atau tidak karena memperngaruhi sistem kekebalan terhaap penyakit pada anak. Trauma persalinan juga mempengaruhi timbulnya penyakit, contohnya aspirasi ketuban untuk anak. Riwayat post natal diperlukan untuk mengetahui keadaan anak setelah lahir.
Contoh : BBLR, apgar score, yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.
5. Riwayat penyakit yang lalu
Kontak atau hubungan dengan kasus meningitis akan meningkatkan kemungkinan terjadinya peradangan atau infeksi pada jaringan otak (J.G. Chusid, 1993). Imunisasi perlu dikaji untuk mengetahui bagaimana kekebalan tubuh anak. Alergi pada anak perlu diketahui untuk dihindarkan karena dapat memperburuk keadaan.
6. Riwayat kesehatan keluarga
Merupakan gambaran kesehatan keluarga, apakah ada kaitannya dengan penyakit yang diderita. Pada keadaan ini status kesehatan keluarga perlu diketahui, apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular yang ada hubungannya dengan penyakit yang dialami oleh klien (Soemarno Marram, 19983).
7. Riwayat sosial
Lingkungan dan keluarga anak sangat mendukung terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Perjalanan klinik dari penyakit sehingga status mental, perilaku dan kepribadian. Perawat dituntut mengkaji status klien atau keluarga agar dapat memprioritaskan masalah keperawatannya (Ignataviius dan Bayne, 1991).
8. Kebutuhan dasar (aktivitas sehari-hari)
Pada penderita ensepatilitis sering terjadi gangguan pada kebiasaan sehari-hari antara lain : gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi karena mual muntah, hipermetabolik akibat proses infeksi dan peningkatan tekanan intrakranial. Pola istirahat pada penderita sering kejang, hal ini sangat mempengaruhi penderita. Pola kebersihan diri harus dilakukan di atas tempat tidur karena penderita lemah atau tidka sadar dan cenderung tergantung pada orang lain, perilaku bermain perlu diketahui jika ada perubahan untuk mengetahui akibat hospitalisasi fisik.
9. Pemeriksaan fisik
Pada klien ensepalitis pemeriksaan fisik lebih difokuskan pada pemeriksaan neurologis. Ruang lingkup pengkajian fisik keperawatan secara umum meliputi :
a. Keadaan umum
Penderita biasanya keadaan umumnya lemah karena mengalami peruibahan atau penurunan tingkat kesadaran. Gangguan tingkat kesadaran dapat disebabkan oleh gangguan metablisme dan difusi serebral yang berkaitan dengan kegagalan neural akibat proses peradangan otak.
b. Gangguan sistem pernafasan
Perubahanperubahan akibat peningkatan tekanan intra cranial menyebabkan kompresi pada batang otak yang menyebabkan pernafasan tidak teratur. Apabila tekanan intrakranial sampai pada batas fatal akan terjadi paralisa otot pernafasan (F. Sri Susilaningsih, 1994).
c. Gangguan sistem kardiovaskuler
Adanya kompresi pada pusat vasomotor menyebabkan terjadi iskemik pad adaerah tersebut. Hal ini akan merangsang vasokonstriktor dan menyebabkan tekanan darah meningkat. Tekanan pada pusat vasomotor menyebabkan meningkatnya transmiter rangsang parasimpatis ke jantung.

d. Gangguan sistem gastrointestinal
Penderita akan merasa mual dan muntah karena peningkatan tekanan intrakranial yang menstimulasi hipotalamus anterior dan nervus vagus sehingga meningkatkan sekresi asam lambung. Dapat pula terjadi diare akibat terjadi peradangan sehingga terjadi hipermetabolisme (F. Sri Susilaningsih, 1994).
10. Pertumbuhan dan perkembangan
Pada setiap anak yang mengalami penyakit yang sifatnya kronis atau mengalami hospitalisasi yang lama, kemungkinan terjadinya gangguan pertumbuhan dan perkembangan sangat besar. Hal ini disebabkan pada keadaan sakit fungsi tubuh menurun termasuk fungsi sosial anak. Tahun-tahun pertama pada anak merupakan “tahun emas” untuk kehidupannya. Gangguan atau keterlambatan yang terjadi saat ini harus diatasi untuk mencapai tugas-tugas pertumbuhan selanjutnya. Pengkajian pertumbuhan dan perkembangan anak ini menjadi penting sebagai langkah awal penanganan dan antisipasi. Pengkajian dapat dilakukan dengan menggunakan format DDST.

DIAGNOSA DAB ASUHAN KEPERAWATAN
1. DX I : Potensi terjadi peningkatan tekanan intrakranial sehubungan dengan vasodilatasi pembuluh darah otak akibat proses peradangan jaringan.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan intrakranial tidak terjadi, yang ditandai dengan: Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial seperti peningkatan tekanan darah, denyut nadi lembat, pernafasan dalam dan lambat, hiperthermia, pupil melebar, anisokor, refleks terhadap cahaya negatif, tingkat kesadaran menurun.
Intervensi:
  • a. Kaji ulang status neurologis yang berhubungan dengan tanda-tanda peningkatan TIK, terutama GCS.
  •  Monitor TTV: tekanan darah, denyut nadi, respirasi, suhu minimal satu jam sampai keadaan klien stabil.
  • Naikkan kepala dengan sudut 15-45 derajat (tidak diperekstensi dan fleksi) dan posisi netral (dari kepala hingga daerah lumbal dalam garis lurus).
  • Monitor intake dan output cairan tiap 8 jam sekali.
  • Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat anti edema seperti manitol, gliserol dan lasix.
  • Berikan oksigen sesuai program dengan saluran pernafasan yang lancar.

Rasional:
  • a. Peningkatan TIK dapat diketahui secara dini untuk menentukan tindakan selanjutnya.
  •  Peningkatan TIK dapat diketahui secara dini untuk menentukan tindakan selanjutnya.
  • Dengan posisi tersebut maka akan meningkatkan dan melancarkan aliran balik vena darah sehingga mengurangi kongesti serebrum, edema dan mencegah terjadi peningkatan TIK. Posisi netral tanpa hiper ekstensi dan fleksi dapat mencegah penekanan pada saraf spinalis yang menambah peningkatan TIK.
  • Tindakan ini mencegah kelebihan cairan yang dapat menambah edema serebri.
  • Obat-obatan tersebut dapat menarik cairan untuk mengurangi edema otak.
  • Mengurangi hipoksemia dapat meningkatkan vasodilatasi serebri, volume darah dan TIK.
2. DX. II : Tidak efektifnya jalan nafas sehubungan dengan penumpukan sekret pada jalan nafas.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan jalan nafas bisa efektif, oksigenasi adekuat yang ditandai dengan: Frekuensi pernafasan 20-24 x/menit, irama teratur, bunyi nafas normal, tidak ada stridor, ronchi, sheezing, tidak ada pernafasan cuping hidung pergerakan dada simetris, tidak ada retraksi.
Intervensi:
  • a. Kaji ulang kecepatan kedalaman, frekuensi, irama dan bunyi nafas.
  • Atur posisi klien dengan posisi semi fowler.
  • Lakukan fisioterapi dada.
  • Lakukan penghisapan lendir dengan hati-hati selama 10-15 detik. Catat sifat, warna dan bau sekret.
  • Observasi TTV terutama frekuensi pernapasan.
  • Lakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi oksigen, monitor ketepatan terapi dan komplikasi yang mungkin timbul.
Rasional:
  • a. Perubahan yang terjadi berguna dalam menunjukkan adanya komplikasi pulmonal dan luasnya bagian otak yang terkena.
  • Dengan posisi tersebut maka akan mengurangi isi perut terhadap diafragma, sehingga ekspansi paru tidak terganggu.
  • Dengan fisioterapi dada diharapkan sekret dapat dirontokan ke jalan nafas besar dan bisa dikeluarkan.
  • Dengan dilakukannya penghisapan sekret maka jalan nafas akan bersih dan akumulasi sekret bisa dicegah sehingga pernafasan bisa lancar dan efektif.
  • TTV merupakan gambaran perkembangan klien sebagai pertimbangan dilakukannya tindakan berikutnya.
  • Pemberian oksigen dapat meningkatkan oksigenasi otak. Ketepatan terapi dibutuhkan untuk mencegah terjadinya keracunan oksigen serta iritasi saluran nafas.


 
 
 
 




1 komentar: